Aku tegaskan, Akulah sang Pecinta!

Dibenci dunia berarti menjadi pecinta hakikat, dan
itulah yang sering terjadi.
Aku tegaskan, Akulah sang Pecinta!

Dalam (kitab) Kunci Orang-orang Afghanistan, seorang penyair Sufi pada abad ketujuh belas menyatakan:
Anak panah membutuhkan seorang pemanah, dan puisi membutuhkan seorang penyihir. Dalam benaknya ia harus selalu mencantumkan skala-skala jarak, dengan menolak (dimensi) panjang dan pendek. Kebenaran adalah kekasihnya yang tersembunyi dalam kiasan. Dari bawah cemetinya, seratus bidikan tepat terlontar. Penyair akan menghiasi jari-jarinya dengan permata warna-warni, menghiasinya dengan wewangian dan aroma kiasan saffron.

Pengulangan suara pertama akan berdenting seperti gelang kaki; atau kuncupnya akan menjadi misteri irama yang tersembunyi. Bersama-sama dengan rahasia-rahasia dari makna batin dan mata-mata yang tertutup, semua ini menjadikan tubuhnya sebagai misteri yang utuh.

Apakah sebenarnya yang hilang dalam transisi tema cinta dari Timur ke Barat? Pertama, pengetahuan tentang arti penting cinta yang lebih luas dan hanya bisa ditumbuhkan melalui hubungan (antar) manusia dan hubungannya dengan unsur-unsur kehidupan lainnya. 

Sufisme sering disebut “agama cinta”. Tanpa melihat penampilan lahiriah madzhab-madzhab mereka, para Sufi telah menjadikan tema ini sebagai persoalan esensial. Analogi cinta manusia sebagai refleksi dari kebenaran sejati, begitu sering dinyatakan dalam puisi Sufi dan seringkali ditafsirkan secara harfiah oleh orang-orang non-Sufi. Ketika Rumi mengatakan, “Di mana pun engkau berada, apa pun kondisimu, berusahalah menjadi pecinta,” ia tidak berbicara cinta sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri.

Menembus Dunia Ekstra Dimensi - Idries Shah
Submit URL